30 September 2012

PEROSE PENUAAN DAN PERUBAHAN BIOLOGIS




 PROSES MENUA 
DAN 
PERUBAHAN BIOLOGIS

Menua adalah suatu proses mengilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (constituandes, 1994).
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distrorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker) yang akan menyebabkan kita menghadapi hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastasis kanker dsb.
                     Ada yang menganalogikan menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang bekerjanya cukup kompleks yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi baik secara fisik/somatik. Analogi ini memang dapat dipengaruhi tetapi manusia mempunyai jiwa dan budaya  yang banyak yang dapat mempengaruhi fisiknya. Banyak orang yang fisiknya sakit berat tapi mentalnya sangat tinggi sehingga dapat bertahan hidup lebih lama. Secara singkat menua merupakan proses kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan.

 PERUBAHAN BIOLOGIS


1.      Kehilangan Pendengaran
Kehilangan pendengaran terjadi secara bertahap, kehilangan konduktif dan sensorineureal (perseptif) merupakan 2 tipe masalah pendengaran utama pada lansia. Pasien lansia dapat tetap mendengar tekanan suara rendah, tetapi bila suara ini dikelompokan dalam bentuk kata – kata, kemampuan untuk memahami dan merasakan suara ini secara jelas mungkin hilang. Lingkungan bising juga menghambat kemampuan untuk mendengar bunyi, beberapa intervensi keperawatan untuk pasien lansia dengan gangguan sistem pendengaran diantaranya :
-        Berdiri dekat dan menghadap ke pasien
-        Menyentuh pasien untuk mendapat perhatian sebelum komunikasi (lingkungan pribdai harus dilindungi)
-        Berbicara lebih keras dan lambat (bukan berteriak)
-        Berhenti lebih sering dari biasanya
-        Menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
-        Menggunakan kalimat singkat
-        Mengulang kesalah pengertian komunikasi dengen mengulang kata – kata denga menggunakan kata yang berbeda
-        Tidak berbalik atau jalan saat bicara
-        Membantu keluarga/sistem pendukung dengan teknik komunikasi
-        Mengurangi penolakan sosial (masalah sehubungan dengan kehilangan sistem pendengaran)
-        Meyakinkan bahwa alat bantu dengar bekerja dengan tepat


2.      Gangguan Penglihatan
Seperti sistem tubuh lain, mata dipengaruhi oleh proses penuaan. Perubahan struktur dan fungsi terjadi dengan lambat dan bertahap. Pesepsi penglihatan bergantung pada integrasi sistem neurosensori dan struktur sesuai beda rentan usia. Kemungkinan kehilangan fungsi penglihatan ini adalah karena lansia, proses penuaan lensa menjadi kurang fleksibel dan tak mudah merubah ketajaman dari kerja pemfokusan otot. Adaptasi terhadap gelap terang melambat sesuai dengan melambatnya gerak pupil dan degenarsi rod. Selain perubahan normal pada penglihatan, ada peningkatan insiden beberapa keadaan patologis sistem visual sesuai dengan pertambahan usia-katarak-glaukoma-degenerasi makular sentil dan retinopati diabetik. Diantara penyakit gangguan penglihatan lansia yang umum adalah :
a)      Katarak
Katarak adalah pembentukan awan pada  lensa mata yang bersih dan transparan. Kondisi lensa ini membuat kurangnya kemampuan untuk memfokuskan penglihatan pada retina. Pengkajian penglihatan penting karena hampir 50 % pada 75-85 tahun lansia mengalami katarak.
b)      Glaukoma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan tekanan didalam mata menyebabkan kerusakan sel saraf di retina. Tekanan yang terus menerus dapat menimbulkan kebutaan. Usia berhubungan perubahan dalam kanal schlemm, infeksi, cedera, pembengkakan katarak dan tumor merupakan faktor etiologi pada glaukoma.
Intervensi gangguan penglihatan :
-        Memperkenalkan diri untuk pendekatan
-        Dekati pasien buta dari depan
-        Kaji pengaruh kehilangan penglihatan dan kemampuan pasien untuk beradaptasi selama di rumah sakit dan setelah pulang.
-        Berikan semua pengobatan yang diprogramkan
-        Kaji tingkat ansietas karena peningkatan dapat meningkatkan dosis obat pada pasien glaukoma
-        Waspadai efek obat yang ada pada obat mata
-        Berikan minyak pada mata bila kering
3.      Perubahan Sensori Lain
Meskipun pendengaran dan penglihatan merupakan perubahan sensori yang diteliti pada lansia, pasien – pasien juga dapat mengalami penurunan pada tiga sensori lain. Sensori pengecap dilaporkan menurun sesuai pertambahan usia, berhubungan penurunan kemampuan untuk mengecap beberapa substansi. Rasa manis dan asin lebih dapat dideteksi sesuai pertambahan usia. Penurunan penciuman dapat terjadi karena atropi organ olfaktori dan peningkatan pertumbuhan rambut dirongga hidung. Hilangnya pengecap dan penciuman mempengaruhi kemampuan lansia untuk mengidentifikasi makanan dan membedakan bau – bauan.
Ambang raba bervariasi sesuai rangsangan bagian tubuh. Ada kehilangan sensasi raba sesuai pertambahan usia, lansia dapat tidak merasakan efek dari berbaring pada satu sisi dalam waktu yang lama, kunci imtervensi keperawatan adalah untuk mengubah posisi lansia yang terimobilisasi.
4.      Perubahan Tidur
Paling banyak terjadi dan paling serius hubungan antara lansia dan gangguan tidur adalah apnea saat tidur. Ada bukti gangguan apnea saat tidur dan gangguan sirkulasi, meliputi hipertensi, stroke dan angina pektoris dan juga hubungan apnea tidur dan harapan hidup. Selain itu ada hubungan antara kebiasaan mendengkur, stroke dan angina pektoris pada orang dewasa.
Proses penuaan normal dan terapi obat meningkatkan kerentanan lansia mengalami insomnia. Pengobatan tergantung pada masalah. Perubahan perilaku telah digunakan untuk masalah tidur, akan tetapi pengobatan konsevatif dapat diberikan pada masalah tidur yang lebih berat, gerakan tidur periodik dan penyakit demensia.
5.      Perubahan Kulit
Perubahan kulit membuat beberapa pertimbangan bagi asuhan keperawatan. Peningkatan permeabiilitas memungkinkan penetrasi zat kimia. Sehingga perwatan harus juga menghindari pengobatan transdermal yang berlebihan.pengikisan epidermis dan hilangnya jaringan bantalan dapat menyebabkan mudah terjadi kemerahan dan terkelupas. Sehingga kulit menjdai mudah lepas, penekanan dapat menyebabkan cedera lebih lanjut. Sesuai kondisi ini, perawatan harus diberikan saat memindahkan pasien. Intervensi keperawatan harus direncanakan untuk mengurangi penekanan saat merubah atau memindahkan posisi pasien. Kejadian cedera atau kulit terkelupas harus dihindari. Pertahankan pasien terselimuti untuk membantu pengaturan suhu tubuh, hal ini perlu karena hilangnya lemak subkutan dan terganggunya mekanisme berkeringat menurunkan kemampuan termogulasi pasien. Menurunnya lubrikasi pada kulit meningkatkan kebutuhan untuk perhatian perawatan kulit. Penggunaan sabun harus minimal dan pemberian minyak harus dilakukan.
6.      Perubahan Kardiovaskuler
Proses penuaan pada jantung tidak ditunjukan oleh proses penuaan anatomik, volume sekuncuo menurun dan denyut jantung istirahat meningkat, arteri cenderung kehilangan elastisitas dan menjadi kurang lentur pada peningkatan keluaran (aterosklerosis). Hal in dapat menyebabkan tekanan sistolik meningkat dengan perubahan diastolik  minimal bila ada. Penurunan pembuluh darah memperngaruhi arteri besar dan kecil, sebagai akibat peningkatan volume intra vaskuler dapat mendukung peningkatan substansial tekanan aorta. Pasien lansia juga dapat mengalami penumpukan lebih besar di ekstremitas bawah sebab berkurangnya masa otot dan berkurangnya aliran vena balik. Penumpukan cairan ini dapat didistribusikan kembali dan dapat menyebabkan kelebihan beban pada sistem kardiovaskular. Perawat harus waspada terhadap beban vaskular dan gagal jantung kongestiof. Faktor lain untuk mempertimbangkan adalah perpindahan cairan tiba – tiba ke ektremitas bawah dan penurunan volume cairan yang disebabkan oleh tirah baring dapat menyebabkan sakit kepala hebat, peningkatan kepala dengan perlahan, dan menggantung kaki sebelum memindahkan pasien ke posisi duduk atau berdiri perlu untuk mencegah pingsan dan kemungkinan cedera karena jatuh.
7.      Peubahan Pernafasan
Penurunan ekspansi dan pleksibilitas struktur paru menyebabkan penurunan pertukaran volume. Selain itu, silia hilang dan surfaktan berkurang dikantung alveoli ; produksi mukosa dapat meningkat. Jumlah alveoli diperkirakan tetap kecuali pada penyakit paru, lansia dengan sistem pernafasan sehat akan mengalami sedikit kesulitan pernafasan saat melakukan aktivitas, ada kemungkinan terjadi masalah pernafasan dalam berolahraga sehubungan dengan penurunan pertukaran gas.
Pada beberapa pasien lansia perubahan yang berhubungan dengan penyakit meningkat karena kerusakan paru akibat merokok, polusi lingkungan, atau infeksi, ketidak normalan tulang seperti kiposis dapat juga menyebabkan retriksi pernapasan, penurunan ekspansi toraks, meningkatnya sekreksi dan penurunan jumlah silia menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi pernafasan, selain itu penurunan respon imun pada lansia dapat menambah peningkatan kejadian infeksi pernafasan.
Perhatian terhadap nutrisi, khususnya asupan kalori, protein dan cairan diperlukan untuk menurunkan risiko infeksi, perubahan posisi yang sering juga membantu membersihkan sekresi dari alat bantu napas dan perfusi paru.
8.      Perubahan Ginjal
Hilangnya glomelurus ginjal menyertai proses penuaan, kehilangan ini bersamaan dengan penurunan perfusi jaringan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus (LFG), penurunan filtrasi menyebabkan penurunan pembersihan substansi secara normal. Penigkatan nitrogen urea darah (NUD) atau kreaatinin mengindikasikan luasnya penurunan LFG. Akan tetapi, kreatinin dari pemecahan otot dapat terjadi lebih sedikit pada pasien muda dan dapat menutpi peningkatan klirens (clearence) kreatinin. Orang lansia cenderung minum sedikit sehingga memungkinkan untuk dehidrasi bila pembatasan cairan lama atau diberikan obat dengan kerja diuretik. Pasien lansia dapat mengalami penurunan rasa haus, perawat harus meyakinkan bahwa perawatan lansia memenuhi asupan cairan yang adekuat baik perora juga meyakinkan bahwa keseimbangan cairan elektrolit stabil atau dipertahankan, kekacuan mental, disritmia, koma, dan kematian dapat terjadi secara cepat pada lansia dengan keseimbangan elektrolit yang tidak adekuat. Latihan kandung kemih, observasi terhadap distensi, dan pengobatan adekuat merupakan tindakan keperawatan untuk membanru pasien dengan mempertahankan kontinen. Bila inkontinen terjadi, pergantian linen yang cepat dan perwatan kulit yang tepat dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik dan mental.
Bila pasien lansia mengalami inkontinensia atau retensi selama tinggal di unit perwatan kritis, evaluasi program pengobatan untuk melihat apakah ada obat yang mempengaruhi kontraktilitas kandung kemih atau tonus, bila kateter foley diberika selama penyakit akut harus dilepas secepat mungkin bila indikasi pemasanngan sudah tidak berlaku lagi (misalnya pengukuran per jam). Pelepasan dini mencegah gangguan fungsi kandung kemih dan infeksi saluran kemih.
9.      Perubahan Gastrointestinal
Sistem gastrointersinal mengalami beberapa perubahan sesuai proses penuaan. Proses mekanik dan kimia pencernaan yang dimulai dari mulut dapat terganggu karena kehilangan gigi dan menurunnya sekresi saliva. Banyak orang tua mengalami penurunan rasa pengecapan dan bau yang dapat menyebabkan menurunnya asupan makanan. Menjadi makin lambatnya peristaltik mempengaruhi proses menelan, pengosongan lambung, dan pengeluaran usus besar. Penurunan asam hidroklorida, enzim pencernaan dan empedu menambah penurunan proses pencernaan makanan. Penurunan faktor intrinsik pada beberapa orang tua menyebabkan penurunan sintesis vitamin B12 dan dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
Penurunan mobilitas usus besar mungkin bukan yang menyebabkan konstipasi pada orang tua aktif. Akan tetapi bila sementara tirah baring dan penurunan pemasukan makanan dan cairan, pasien akan mengalami konstipasi dan infaksi. Penggunaan laksatip tergantung hasil pengkajian sat riwayat kesehatan diambil, intervensi keperawatan untuk perubahan gastrointestinal dimulai dengan pengambilan riwayat kesehatan secara hati – hati. Kebiasaan makan, termasuk waktu dan frekuensi makan, penyiapan makanan, kebiasaan yang dimakan, tidak toleran terhadap makanan, dan keutuhan rasa pengecap dan bau harus dikaji. Penggunaan laksatif, enema, dan suplemen vitamin harus diketahui, evaluasi terhadap gigi dan gusi membantu mengetahui seberapa baik proses metanikal, pada perencaan keperawtan, perawt harus mempertimbangkan bahwa tirah baring menurunkan peristaltik, dan kondisi lain yang memperburuk motilitas. Pemasukan cairan adekuat, bulk pada makanan, penggunaan laksatik alami (jeruk dan air hangat), dan latihan aktif sesuai kondisi pasien memungkinkan mempertahankan pola yang normal untuk depekasi.
10.  Perubahan Muskuloskeletal
Pembatasan gerakan pada lansia dapat menyebabkan hilangnya kekuatan otot, masa otot dapat hilang karena penurunan jumlah dan ukuran serat otot atau mungkin karena peningkatan jaringan penghubung. Hal ini menyebabkan kurangnya tegangan otot dan penurunan tekanan kontraksi, penurunan masa otot dan hilangnya elastisitas menambah hilangnya kelenturan dan hilangnya kekakuan. Kurangnya latihan olahraga, nutrisi buruk, dan malabsorbsi kalsium menyebabkan hilangnya masa tulang. Kehilangan berhubungan dengan berkurangnya beban tubuh. Puasa yang dipaksakan pada pasien lansia dapat menyebabkan peningkatan hilangnya otot karena katabilosme dan glukoneogenesis. Tirah baring yang lama menyebabkan hilangnya mobilitas, kekuatan, dan energi pada pasien lansia. Mempertahankan nutrisi, perubahan posisi dengan sering, latihan pasif dan aktif sera turun dari tempat tidur sesuai kondisi adalah penting untuk mempertahankan kekuatan, energi dan masa tulang. Bila pasien koma, atau mengalami kehilangan fungsi yang berat posisi yang tepat dan posisi sendi dapat membantu mencegah depormitas permanen.
11.  Perubahan Endokrin
Tidak ada perubahan bermakna terjadi pada produksi hormon selama proses penuaan kecuali hormon reproduksi wanita. Sehingga dengan pengecualian ini, perubahan sirkulasi hormon menunjukan proses penyakit atau gangguan respon obat. Diabetes melitus sering terjadi pada hubungannya dengan penyakit akut, trauma atau pembedahan. Organ akhir yang cedera karena diabetes melitus adalah faktor untuk stroke, infark miokard, penurunan fungsi ginjal dan penyakit vaskular perifer. Pada kenyataannya NIDDM dapat didianosa pada saat pasien datang dengan stroke atau IMA. Oleh karena itu penting untuk membedakan gangguan toleransi glukosa karena proses penuaan, peningkatan glukosa darah karena penyakit akut dan proses penyakit diabetes. Umunya lansia mengalami NIDDM. Meskipun mereka mengalami peningkatan gula darah secara ekstrem, mereka jarang mengalami ketoasidosis. Kenyataannya, koma pada kelompok umur ini sering terjadi karena hiperglikemi hiperosmolar dan non ketotik (NHNK). Menangani status ini memerlukan keseimbangan hidrasi dan reduksi cepat gula darah tanpa edema otak berat dan kematian. Perawat unit kritis harus waspada bahwa koma NHNK dapat ditimbulkan oleh penyakit akut atau pembedahan. Intervensi keperawatan untuk pasien diabetes meliputi :
-        Observasi masalah kulit sehubungan dengan penurunan sirkulasi perifer dan neuropati
-        Seleksi makan untuk membantu memperbaiki peningkatan glukosa darah
-        Awas dehidrasi, yang peningkatan resiko koma hiperosmotik
-        Kaji cedera organ akhir seperti gangguan ginjal dan masalah absorpsi dapat menentukan terapi obat.
Kondisi tiroid mungkin sulit didiagnosa karena mereka menunjukan status penyakit lain, akan tetapi bila diagnosa dibuat, penyakit tiroid pada lansia selalu siap dikoreksi dengan pengobatan. Mewaspadai adanya gejala penyakit tiroid pada lansia menyebabkan perawat ruang klinis mengenali respon obat selanjutya yang disebabkan oleh ketidakseimbangan endokrin. Depresi, agitasi dan penurunan berat badan juga diidentifikasikan sebagai gejala disfungsi tiroid. Koreksi ketidakseimbangan hormon tiroid dapat membantu pasien kembali ke status kesehatan dasar. Pengenalan dini gejala yang berhubungan dengan disfungsi endokrin dan intervensi menyebabkan diagnosa akurat dan memampukan perawat mengantisipasi dan merencanakan perawatan mencegah komplikasi.

No comments:

Post a Comment