PROSES MENUA
DAN
PERUBAHAN BIOLOGIS
Menua adalah suatu proses mengilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak mampu
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
dideritanya (constituandes, 1994).
Dengan begitu manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak
distrorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif
(seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker) yang akan
menyebabkan kita menghadapi hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti
stroke, infark miokard, koma asidotik, metastasis kanker dsb.
Ada yang menganalogikan
menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang bekerjanya cukup
kompleks yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi baik secara fisik/somatik.
Analogi ini memang dapat dipengaruhi tetapi manusia mempunyai jiwa dan
budaya yang banyak yang dapat
mempengaruhi fisiknya. Banyak orang yang fisiknya sakit berat tapi mentalnya
sangat tinggi sehingga dapat bertahan hidup lebih lama. Secara singkat menua
merupakan proses kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan.
PERUBAHAN BIOLOGIS
1.
Kehilangan Pendengaran
Kehilangan
pendengaran terjadi secara bertahap, kehilangan konduktif dan sensorineureal
(perseptif) merupakan 2 tipe masalah pendengaran utama pada lansia. Pasien
lansia dapat tetap mendengar tekanan suara rendah, tetapi bila suara ini
dikelompokan dalam bentuk kata – kata, kemampuan untuk memahami dan merasakan
suara ini secara jelas mungkin hilang. Lingkungan bising juga menghambat
kemampuan untuk mendengar bunyi, beberapa intervensi keperawatan untuk pasien
lansia dengan gangguan sistem pendengaran diantaranya :
-
Berdiri
dekat dan menghadap ke pasien
-
Menyentuh
pasien untuk mendapat perhatian sebelum komunikasi (lingkungan pribdai harus
dilindungi)
-
Berbicara
lebih keras dan lambat (bukan berteriak)
-
Berhenti
lebih sering dari biasanya
-
Menggunakan
ekspresi wajah dan gerakan tubuh
-
Menggunakan
kalimat singkat
-
Mengulang
kesalah pengertian komunikasi dengen mengulang kata – kata denga menggunakan
kata yang berbeda
-
Tidak
berbalik atau jalan saat bicara
-
Membantu
keluarga/sistem pendukung dengan teknik komunikasi
-
Mengurangi
penolakan sosial (masalah sehubungan dengan kehilangan sistem pendengaran)
-
Meyakinkan
bahwa alat bantu dengar bekerja dengan tepat
2.
Gangguan Penglihatan
Seperti sistem tubuh lain, mata
dipengaruhi oleh proses penuaan. Perubahan struktur dan fungsi terjadi dengan
lambat dan bertahap. Pesepsi penglihatan bergantung pada integrasi sistem
neurosensori dan struktur sesuai beda rentan usia. Kemungkinan kehilangan
fungsi penglihatan ini adalah karena lansia, proses penuaan lensa menjadi
kurang fleksibel dan tak mudah merubah ketajaman dari kerja pemfokusan otot.
Adaptasi terhadap gelap terang melambat sesuai dengan melambatnya gerak pupil
dan degenarsi rod. Selain perubahan normal pada penglihatan, ada peningkatan
insiden beberapa keadaan patologis sistem visual sesuai dengan pertambahan
usia-katarak-glaukoma-degenerasi makular sentil dan retinopati diabetik.
Diantara penyakit gangguan penglihatan lansia yang umum adalah :
a) Katarak
Katarak adalah pembentukan awan
pada lensa mata yang bersih dan
transparan. Kondisi lensa ini membuat kurangnya kemampuan untuk memfokuskan
penglihatan pada retina. Pengkajian penglihatan penting karena hampir 50 % pada
75-85 tahun lansia mengalami katarak.
b) Glaukoma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan
tekanan didalam mata menyebabkan kerusakan sel saraf di retina. Tekanan yang
terus menerus dapat menimbulkan kebutaan. Usia berhubungan perubahan dalam
kanal schlemm, infeksi, cedera, pembengkakan katarak dan tumor merupakan faktor
etiologi pada glaukoma.
Intervensi gangguan penglihatan :
-
Memperkenalkan
diri untuk pendekatan
-
Dekati
pasien buta dari depan
-
Kaji
pengaruh kehilangan penglihatan dan kemampuan pasien untuk beradaptasi selama
di rumah sakit dan setelah pulang.
-
Berikan
semua pengobatan yang diprogramkan
-
Kaji
tingkat ansietas karena peningkatan dapat meningkatkan dosis obat pada pasien
glaukoma
-
Waspadai
efek obat yang ada pada obat mata
-
Berikan
minyak pada mata bila kering
3.
Perubahan Sensori Lain
Meskipun pendengaran dan penglihatan
merupakan perubahan sensori yang diteliti pada lansia, pasien – pasien juga
dapat mengalami penurunan pada tiga sensori lain. Sensori pengecap dilaporkan
menurun sesuai pertambahan usia, berhubungan penurunan kemampuan untuk mengecap
beberapa substansi. Rasa manis dan asin lebih dapat dideteksi sesuai
pertambahan usia. Penurunan penciuman dapat terjadi karena atropi organ
olfaktori dan peningkatan pertumbuhan rambut dirongga hidung. Hilangnya
pengecap dan penciuman mempengaruhi kemampuan lansia untuk mengidentifikasi
makanan dan membedakan bau – bauan.
Ambang raba bervariasi sesuai rangsangan
bagian tubuh. Ada kehilangan sensasi raba sesuai pertambahan usia, lansia dapat
tidak merasakan efek dari berbaring pada satu sisi dalam waktu yang lama, kunci
imtervensi keperawatan adalah untuk mengubah posisi lansia yang terimobilisasi.
4.
Perubahan Tidur
Paling banyak terjadi dan paling serius
hubungan antara lansia dan gangguan tidur adalah apnea saat tidur. Ada bukti gangguan
apnea saat tidur dan gangguan sirkulasi, meliputi hipertensi, stroke dan angina
pektoris dan juga hubungan apnea tidur dan harapan hidup. Selain itu ada
hubungan antara kebiasaan mendengkur, stroke dan angina pektoris pada orang
dewasa.
Proses penuaan normal dan terapi obat meningkatkan
kerentanan lansia mengalami insomnia. Pengobatan tergantung pada masalah.
Perubahan perilaku telah digunakan untuk masalah tidur, akan tetapi pengobatan
konsevatif dapat diberikan pada masalah tidur yang lebih berat, gerakan tidur
periodik dan penyakit demensia.
5.
Perubahan Kulit
Perubahan kulit membuat beberapa
pertimbangan bagi asuhan keperawatan. Peningkatan permeabiilitas memungkinkan
penetrasi zat kimia. Sehingga perwatan harus juga menghindari pengobatan
transdermal yang berlebihan.pengikisan epidermis dan hilangnya jaringan bantalan
dapat menyebabkan mudah terjadi kemerahan dan terkelupas. Sehingga kulit
menjdai mudah lepas, penekanan dapat menyebabkan cedera lebih lanjut. Sesuai
kondisi ini, perawatan harus diberikan saat memindahkan pasien. Intervensi
keperawatan harus direncanakan untuk mengurangi penekanan saat merubah atau
memindahkan posisi pasien. Kejadian cedera atau kulit terkelupas harus
dihindari. Pertahankan pasien terselimuti untuk membantu pengaturan suhu tubuh,
hal ini perlu karena hilangnya lemak subkutan dan terganggunya mekanisme
berkeringat menurunkan kemampuan termogulasi pasien. Menurunnya lubrikasi pada
kulit meningkatkan kebutuhan untuk perhatian perawatan kulit. Penggunaan sabun
harus minimal dan pemberian minyak harus dilakukan.
6.
Perubahan Kardiovaskuler
Proses penuaan pada jantung tidak
ditunjukan oleh proses penuaan anatomik, volume sekuncuo menurun dan denyut
jantung istirahat meningkat, arteri cenderung kehilangan elastisitas dan
menjadi kurang lentur pada peningkatan keluaran (aterosklerosis). Hal in dapat
menyebabkan tekanan sistolik meningkat dengan perubahan diastolik minimal bila ada. Penurunan pembuluh darah
memperngaruhi arteri besar dan kecil, sebagai akibat peningkatan volume intra
vaskuler dapat mendukung peningkatan substansial tekanan aorta. Pasien lansia
juga dapat mengalami penumpukan lebih besar di ekstremitas bawah sebab
berkurangnya masa otot dan berkurangnya aliran vena balik. Penumpukan cairan
ini dapat didistribusikan kembali dan dapat menyebabkan kelebihan beban pada
sistem kardiovaskular. Perawat harus waspada terhadap beban vaskular dan gagal
jantung kongestiof. Faktor lain untuk mempertimbangkan adalah perpindahan
cairan tiba – tiba ke ektremitas bawah dan penurunan volume cairan yang
disebabkan oleh tirah baring dapat menyebabkan sakit kepala hebat, peningkatan
kepala dengan perlahan, dan menggantung kaki sebelum memindahkan pasien ke
posisi duduk atau berdiri perlu untuk mencegah pingsan dan kemungkinan cedera
karena jatuh.
7.
Peubahan Pernafasan
Penurunan ekspansi dan pleksibilitas
struktur paru menyebabkan penurunan pertukaran volume. Selain itu, silia hilang
dan surfaktan berkurang dikantung alveoli ; produksi mukosa dapat meningkat.
Jumlah alveoli diperkirakan tetap kecuali pada penyakit paru, lansia dengan
sistem pernafasan sehat akan mengalami sedikit kesulitan pernafasan saat
melakukan aktivitas, ada kemungkinan terjadi masalah pernafasan dalam
berolahraga sehubungan dengan penurunan pertukaran gas.
Pada beberapa pasien lansia perubahan
yang berhubungan dengan penyakit meningkat karena kerusakan paru akibat
merokok, polusi lingkungan, atau infeksi, ketidak normalan tulang seperti
kiposis dapat juga menyebabkan retriksi pernapasan, penurunan ekspansi toraks,
meningkatnya sekreksi dan penurunan jumlah silia menyebabkan pasien rentan
terhadap infeksi pernafasan, selain itu penurunan respon imun pada lansia dapat
menambah peningkatan kejadian infeksi pernafasan.
Perhatian terhadap nutrisi, khususnya
asupan kalori, protein dan cairan diperlukan untuk menurunkan risiko infeksi,
perubahan posisi yang sering juga membantu membersihkan sekresi dari alat bantu
napas dan perfusi paru.
8.
Perubahan Ginjal
Hilangnya glomelurus ginjal menyertai
proses penuaan, kehilangan ini bersamaan dengan penurunan perfusi jaringan
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus (LFG), penurunan filtrasi
menyebabkan penurunan pembersihan substansi secara normal. Penigkatan nitrogen
urea darah (NUD) atau kreaatinin mengindikasikan luasnya penurunan LFG. Akan
tetapi, kreatinin dari pemecahan otot dapat terjadi lebih sedikit pada pasien
muda dan dapat menutpi peningkatan klirens (clearence) kreatinin. Orang lansia
cenderung minum sedikit sehingga memungkinkan untuk dehidrasi bila pembatasan
cairan lama atau diberikan obat dengan kerja diuretik. Pasien lansia dapat
mengalami penurunan rasa haus, perawat harus meyakinkan bahwa perawatan lansia
memenuhi asupan cairan yang adekuat baik perora juga meyakinkan bahwa
keseimbangan cairan elektrolit stabil atau dipertahankan, kekacuan mental,
disritmia, koma, dan kematian dapat terjadi secara cepat pada lansia dengan
keseimbangan elektrolit yang tidak adekuat. Latihan kandung kemih, observasi
terhadap distensi, dan pengobatan adekuat merupakan tindakan keperawatan untuk
membanru pasien dengan mempertahankan kontinen. Bila inkontinen terjadi,
pergantian linen yang cepat dan perwatan kulit yang tepat dapat mengurangi
ketidaknyamanan fisik dan mental.
Bila pasien lansia mengalami
inkontinensia atau retensi selama tinggal di unit perwatan kritis, evaluasi
program pengobatan untuk melihat apakah ada obat yang mempengaruhi
kontraktilitas kandung kemih atau tonus, bila kateter foley diberika selama
penyakit akut harus dilepas secepat mungkin bila indikasi pemasanngan sudah
tidak berlaku lagi (misalnya pengukuran per jam). Pelepasan dini mencegah
gangguan fungsi kandung kemih dan infeksi saluran kemih.
9.
Perubahan Gastrointestinal
Sistem gastrointersinal mengalami
beberapa perubahan sesuai proses penuaan. Proses mekanik dan kimia pencernaan
yang dimulai dari mulut dapat terganggu karena kehilangan gigi dan menurunnya
sekresi saliva. Banyak orang tua mengalami penurunan rasa pengecapan dan bau
yang dapat menyebabkan menurunnya asupan makanan. Menjadi makin lambatnya
peristaltik mempengaruhi proses menelan, pengosongan lambung, dan pengeluaran
usus besar. Penurunan asam hidroklorida, enzim pencernaan dan empedu menambah
penurunan proses pencernaan makanan. Penurunan faktor intrinsik pada beberapa
orang tua menyebabkan penurunan sintesis vitamin B12 dan dapat menyebabkan
anemia pernisiosa.
Penurunan mobilitas usus besar mungkin
bukan yang menyebabkan konstipasi pada orang tua aktif. Akan tetapi bila
sementara tirah baring dan penurunan pemasukan makanan dan cairan, pasien akan
mengalami konstipasi dan infaksi. Penggunaan laksatip tergantung hasil
pengkajian sat riwayat kesehatan diambil, intervensi keperawatan untuk
perubahan gastrointestinal dimulai dengan pengambilan riwayat kesehatan secara
hati – hati. Kebiasaan makan, termasuk waktu dan frekuensi makan, penyiapan
makanan, kebiasaan yang dimakan, tidak toleran terhadap makanan, dan keutuhan
rasa pengecap dan bau harus dikaji. Penggunaan laksatif, enema, dan suplemen
vitamin harus diketahui, evaluasi terhadap gigi dan gusi membantu mengetahui
seberapa baik proses metanikal, pada perencaan keperawtan, perawt harus
mempertimbangkan bahwa tirah baring menurunkan peristaltik, dan kondisi lain
yang memperburuk motilitas. Pemasukan cairan adekuat, bulk pada makanan,
penggunaan laksatik alami (jeruk dan air hangat), dan latihan aktif sesuai
kondisi pasien memungkinkan mempertahankan pola yang normal untuk depekasi.
10.
Perubahan Muskuloskeletal
Pembatasan gerakan pada lansia dapat
menyebabkan hilangnya kekuatan otot, masa otot dapat hilang karena penurunan
jumlah dan ukuran serat otot atau mungkin karena peningkatan jaringan
penghubung. Hal ini menyebabkan kurangnya tegangan otot dan penurunan tekanan
kontraksi, penurunan masa otot dan hilangnya elastisitas menambah hilangnya
kelenturan dan hilangnya kekakuan. Kurangnya latihan olahraga, nutrisi buruk,
dan malabsorbsi kalsium menyebabkan hilangnya masa tulang. Kehilangan
berhubungan dengan berkurangnya beban tubuh. Puasa yang dipaksakan pada pasien
lansia dapat menyebabkan peningkatan hilangnya otot karena katabilosme dan
glukoneogenesis. Tirah baring yang lama menyebabkan hilangnya mobilitas,
kekuatan, dan energi pada pasien lansia. Mempertahankan nutrisi, perubahan
posisi dengan sering, latihan pasif dan aktif sera turun dari tempat tidur
sesuai kondisi adalah penting untuk mempertahankan kekuatan, energi dan masa
tulang. Bila pasien koma, atau mengalami kehilangan fungsi yang berat posisi
yang tepat dan posisi sendi dapat membantu mencegah depormitas permanen.
11.
Perubahan Endokrin
Tidak ada perubahan bermakna terjadi pada
produksi hormon selama proses penuaan kecuali hormon reproduksi wanita.
Sehingga dengan pengecualian ini, perubahan sirkulasi hormon menunjukan proses
penyakit atau gangguan respon obat. Diabetes melitus sering terjadi pada
hubungannya dengan penyakit akut, trauma atau pembedahan. Organ akhir yang
cedera karena diabetes melitus adalah faktor untuk stroke, infark miokard,
penurunan fungsi ginjal dan penyakit vaskular perifer. Pada kenyataannya NIDDM
dapat didianosa pada saat pasien datang dengan stroke atau IMA. Oleh karena itu
penting untuk membedakan gangguan toleransi glukosa karena proses penuaan,
peningkatan glukosa darah karena penyakit akut dan proses penyakit diabetes.
Umunya lansia mengalami NIDDM. Meskipun mereka mengalami peningkatan gula darah
secara ekstrem, mereka jarang mengalami ketoasidosis. Kenyataannya, koma pada
kelompok umur ini sering terjadi karena hiperglikemi hiperosmolar dan non
ketotik (NHNK). Menangani status ini memerlukan keseimbangan hidrasi dan
reduksi cepat gula darah tanpa edema otak berat dan kematian. Perawat unit
kritis harus waspada bahwa koma NHNK dapat ditimbulkan oleh penyakit akut atau
pembedahan. Intervensi keperawatan untuk pasien diabetes meliputi :
-
Observasi
masalah kulit sehubungan dengan penurunan sirkulasi perifer dan neuropati
-
Seleksi
makan untuk membantu memperbaiki peningkatan glukosa darah
-
Awas
dehidrasi, yang peningkatan resiko koma hiperosmotik
-
Kaji
cedera organ akhir seperti gangguan ginjal dan masalah absorpsi dapat
menentukan terapi obat.
Kondisi tiroid mungkin sulit didiagnosa
karena mereka menunjukan status penyakit lain, akan tetapi bila diagnosa
dibuat, penyakit tiroid pada lansia selalu siap dikoreksi dengan pengobatan.
Mewaspadai adanya gejala penyakit tiroid pada lansia menyebabkan perawat ruang klinis
mengenali respon obat selanjutya yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
endokrin. Depresi, agitasi dan penurunan berat badan juga diidentifikasikan
sebagai gejala disfungsi tiroid. Koreksi ketidakseimbangan hormon tiroid dapat
membantu pasien kembali ke status kesehatan dasar. Pengenalan dini gejala yang
berhubungan dengan disfungsi endokrin dan intervensi menyebabkan diagnosa
akurat dan memampukan perawat mengantisipasi dan merencanakan perawatan
mencegah komplikasi.
No comments:
Post a Comment